Aku terpana mendengar sebuah cerita. Ini kisah nyata dan tanpa rekayasa. Yuk kita simak ceritanya......
Jalinan cinta memang bisa membutakan segalanya. Tak mengenal usia maupun harta. Yang terpenting hanya rasa cinta di antara insan manusia. Karena itulah yang dinamakan kesucian cinta (apa adanya kamu akan melengkapi aku #kata-kata di film testpack).
Terjadilah sebuah hubungan antara seorang anak laki-laki berusia 23 tahun sebut saja namanya LL dan seorang anak perempuan kelas XII SMA (tahun ini baru saja lulus) sebut saja PP. Background ekonomi dan usia mereka sungguh terlampau beda. Perbedaan itu yang menyatukan mereka dan memperkuat pondasi cinta di antara mereka.
Kebahagiaan terus saja mewarnai hubungan mereka. Beberapa kerikil tajam dalam menata kehidupan berpacaran pun mampu dihadapi termasuk restu dari orang tua PP yang tak menyetujui anaknya berhubungan dengan LL karena status ekonomi dan jarak usia mereka. Namun mereka tetap bertahan menanggung semua resiko itu bersama.
Hubungan mereka lambat laun makin terjalin semakin serius (seserius gaya pacaran mereka). Hingga akhirnya terjadilah hal yang mereka tidak inginkan di luar pernikahan. Allah menitipkan sebuah janin di rahim si PP, padahal PP masih sangat muda dan dia juga belum lulus sekolah SMA. Namun ternyata kehadiran buah cinta mereka itu menimbulkan permasalahan. Orang tua PP tak menginginkan sama sekali kehadiran bayi itu. Mereka meminta PP hanya untuk melahirkan bayi itu dan setelah bayi itu lahir akan diserahkan kepada pihak LL. Orang tua LL pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah menghadapi masalah ini. PP beralasan ingin melanjutkan kuliah dan ingin meraih mimpinya. Lalu dimana mimpi bayi itu??(pertanyaan yang menggeliat di benakku pribadi).Jadi dia tidak bisa mengurus anak itu. Sedangkan LL tak sanggup jika harus mengurus sendiri bayi itu karena dia sama sekali tidak paham bagaimana mengurus bayi.
Dengan penuh rasa iba akhirnya orang tua LL lah yang mengurus bayi itu. Mereka memutuskan untuk memasukkan nama bayi itu ke Kartu Keluarga mereka dan menganggap bayi itu sebagai anak bukan cucu mereka. Sungguh berat keadaan yang harus dihadapi orang tua LL. Selain menanggung malu mereka juga harus menanggung beban membesarkan cucunya yang dianggap anak di masa tua mereka.
Dari cerita itu mungkin aku tidak bisa banyak berpendapat karena itu bukan ruang lingkupku. Aku pun bukan ahli di bidang itu untuk mengomentari masalah itu. Tapi sebagai seorang perempuan aku hanya bisa berdoa semoga kelak bayi itu akan selalu dilindungi oleh rasa cinta dan sayang seperti rasa cinta dan sayang yang pernah ada di antara orang tuanya (LL dan PP). Amiinn Ya Robb........
Namun manusiawi jika ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan kepada PP dan LL. Pertama, kenapa dulu berbuat tapi tidak mau bertanggung jawab??Kedua, dimana hati nurani mereka hingga sebegitu teganya mencampakan anak mereka??Bukannya mereka (PP dan LL) juga sekarang masih berstatus anak??? Dan yang terakhir mungkin pertanyaan yang akan dilontarkan bayi itu ketika dewasa yaitu apa salahku bunda?apa salahku ayah? Hingga kalian mencampakanku? Bukannya kalian yang membuatku ada di bumi ini????